Wednesday, 9 September 2015

Kartini dan Emansipasi Wanita


Pergerakan emansipasi wanita dimulai dari gerakan yang dilakukan di negara barat. Kaum wanita merasa dikerdikan, menjadi warga kelas 2, wanita seperti tidak dihormati, banyak dari mereka mengalami pengekangan dalam setiap aktivitas. Hal itu menimbulkan banyak kekecewaan dari kaum wanita dan timbullah apa yang dinamakan perjuangan persamaan derajat atau emansipasi wanita. Namun, berjalannya waktu emansispasi wanita dapat segera dirasakan dan wanita-wanita di sana dapat persamaan hak seperti halnya kaum laki-laki.

Di Indonesia sendiri emansipasi wanita berkembang pesat setelah kiprah dari Raden Ajeng Kartini. Kartini banyak berjuag dalam pemikirannya yaitu mengatasi persamaan derajat setiap wanita di Indonesia. Menurutnya wanita dapat menjadi apa pun yang dia inginkan, serta menjadi maju seperti kaum laki-laki.

Kartini memulai pemikirannya tentang hak persamaan derajat kaum wanita ketika Ia sebagai putri ningrat tidak diperbolehkan untuk keluar rumah. Kartini saat itu tidak putus asa karena kegemaran dan hobi dalam membaca buku, sehingga waktunya Ia habiskan membaca buku. Dalam membaca buku, kartini terinspirasi dari pemikiran wanita eropa yang dikaguminya, tertama kebebasan untuk menikmati bangku sekolah.

Dari kekaguman itu menginspirasinya untuk memajukan wanita Indonesia. Mulai saat itu pemikiran kartini tentang kondisi perempuan Indonesia banyak dituliskan dalam setiap pemikirannya. Ia menginginkan perempuan dapat memiliki kebebasan untuk menuntut imu dan memiliki pengetahuan yang luas. Ia pun dalam suratnya juga menginginkan mendapat pertolongan dari luar Indonesia. Kartini mengungkapkan, Ia ingin menjadi seperti kaum muda Eropa. Kaum yang tak kenal namanya penderitaan terutama pada kaum perempuan. Ia melihat perempuan pribumi mengalami penderitaan dan tak ada kebebasan.

Kartini melihat kehidupan di sekelilingnya, pendidikan merupakan hal yang tabu bagi perempuan Jawa. Perempuan-perempuan Jawa harus tinggal di dalam rumah, seolah seperti takdir yang harus diterima. Perempuan bersekolah merupakan aib bagi kaum perempuan itu sendiri pada waktu zamannya. Namun, kegigihan dan keberanian membuat Kartini keluar dari bayang-bayang jajahan dan kebiasaan adatnya itu.

“Kita harus sekolah demi mengentaskan nasib diri kita sendiri dari belenggu kebodohan. Kita bersekolah bukan untuk bersaing dengan laki-laki, tetapi untuk mengentaskan belenggu kebodohan bangsa ini, agar tidak terus diinjak-injak oleh bangsa lain.”

Menurut Kartini, persamaan kaum derajat wanita harus segera dituntaskan terutama pada pendidikan, pendidikan menjadi kunci utama. Bangsa maju adalah bangsa dengan pendidikan yang baik. Pendidikan bukan untuk kaum laki-laki saja melainkan kaum perempuan. Hal itulah yang dilakukan Kartini, Ia mengumpulkan teman-teman wanitanya untuk diajari membaca, menulis, dan ilmu pengetahuan lain.

Perhatian Kartini pun tidak pada emansipasi wanita, melainkan juga masalah sosial. Kartini melihat bahwa perjuangan perempuan untuk mendapat kebebasan, otonomi, dan persamaan derajat sebagai bagian gerakan yang lebih luas. Semangat dari Kartinilah yang harus banyak dicontoh oleh perempuan di Indonesia. Cita-cita dan pemikirannya yang luas telah mengantarkan banyak perubahan atas emansipasi wanita di Indonesia saat ini.

No comments:

Post a Comment

Lagi Galau? Ini Kata Mutiara Merry Riana Untuk Membuat Hidupmu Berwarna!

Merry Riana, sebuah nama yang tidak asing lagi bagi telinga kita. Di usia yang masih 38 tahun, ibu dari dua orang anak ini sukses menj...